KARTU

KARTU
KARTU

AYAM

AYAM
AYAM

Selasa, 25 April 2017

Cerita Dewasa Indahnya badan Adik Sepupu

Cerita Dewasa Indahnya badan Adik Sepupu


Ini adalah cerita lucu sekaligus ceritasa mesum yang aku fikir masih terlalu dini untuk mengenal sex. Sebut saja namaku Riko, saat itu kira-kira usiaku baru menginjak 12 tahun. Saat itu aku masih kelas 6 SD, di usiaku yang baru 12 tahun itu, entah mengapa aku mempunyai nafsu sex yang berlebihan. Sampai suatu ketika pada hari libur, seperti biasa aku sering menginap di rumah Bibi-ku, sebut saja dia Bibi Asih.

Bibi Asih ini mempunyai seorang anak perempuan yang bernama Denisa. Denisa ini mempunyai paras wajah yang cantik, berkulit putih, dan bertubuh langsing tapi padat. Pada hari itu, kebetulan rumah Bibi-ku sedang sepi, saat itu hanya ada aku, karena memang bibi berpesan padaku untuk menjaga rumahnya. Sekitar pukul 10.00 pagi, aku Bbi-ku pergi dan aku mulai berada dirumah sendiri.

Para pembaca sekalian pastilah sama dengan saya, diusia 12 tahun pastilah belum mengerti sepenuhnya tentang sexs. Dulu di usiaku yang baru berumur segitu, aku sudah sunat ( khitan), karena aku merasa bentuk Titit ( Titit (Penis)-ku) yang bentuknya sangat lucu, tak jarang aku sering menggesek-gesekkan Titit (Penis)-ku, pada tembok, kasur, atau-pun bantal dan guling.

Disitulah aku merasakan nikmat, rasanya geli-geli gimana gitu.hhe. Dengan sering aku melakukan hal itu, ternyata kebiasaan yang aku anggap sebagai kenikmatan itu, secara pelan-pelan telah merusak masa kekanak-kanakan-ku dan hal itu ternyata membuat aku masturbasi.hha… Nikmat. Sampai pada siang itu, sekitar jam 12 siang, terdengarlah suara bel dari luar pintu.

Karena mendengar Bel, disusiul dengan suara teriakan suara wanita akupun bergegas untuk membukakan pintu, lalu dia berkata

“ Siapa yang dirumah, tolong dong cepet bukain pintunya !!! ”, teriaknya dengan buru-buru.

“ Ada aku Nis Riko, ya… ya… ya… ini aku mau bukain pintunya ”, ucapku sembari meuju kearah pintu.

Setelah aku sampai didepan pintu dan membukakan pintunya lalu,

“ Misi.. misi… Awas Riko !!! aku kebelet kencing nihh… ”, ucapnya lagi.

Lalu Denisa-pun masuk kedalam rumah dan buru-buru pergi ke Toilet. Tidak kusangka anak seumur Denisa tidak bisa menahan pipis, ketika dia baru sampai di depan toilet, Upzzzzzz… dia mengompol, dan hal itu membuat air kencingnya membasahi celana dalam dan rok yang dipakainya. Hahaha, dasar Denisa.

“ Hahaha… udah gede masih ngompol… hahaha…”, ucapku sembari tertawa.

Saat itu Nisa hanya terdiam dan berwajah malu, ketika aku mengolok-nya, lalu dia berkata,

“ Gimana dong ini Ko, uhh… basah semua nih rok aku… hu… hu… ? ”, ucapnya padaku.

“ Udah kamu tenang aja ”, ucapku menenamgkanya.

Kemudian aku mendekati Nisa lalu dengan santainya aku melepaskan roknya dan kusuruh dia untuk melepaskan celana dalamnya karena basah terkena air kencing,

“ Udah sekarag kamu lepas celana dalam kamu trus bersihin memek ( Vagina) kamu sana !!! ”,ucapku lagi.

Lalu Denisa-pun bergegas masuk kamar mandi untuk membersihkannya dengan air dan mengusap dari arah anjus ke arah Vaginanya yang saat itu belum tumbuh bulu kewanitaan sama sekali alias bersih. Ditengah dia sedang membersihkan Memek-nya seketika aku mempunyai ide nakal dan aku mengatakan,

“ Eh Nisa, cara cebok kamu salah ”, ucapku membodohinya.

“ Apana-nya yang salah Ko? ”, ucapnya dengan raut wajah bingung.

“ Kalau cara cebok kamu seperti itu salah Nis, kalau kayak gitu kuman dari anus kamu nanti masuk ke memek kamu dan nanti jadi nanti Memek-nya kotor ”, ucapku meyakinkan Denisa .

Aku mendapatucap-kata itu dari buku milik ibunya, benar-benar bermanfaat sekali buku itu,hha… Lalu,

“ Terus aku harus ceboknya gimana nih Ko biar nggak kotr Memek aku-nya ? ”, tanya Denisa serius.

Seketika itu aku-pun mendekat dan mempraktekan dengan menyentuk Memek Denisa, dan,

“ Kayak gini nih yang bener, sini aku contohin !!! ”, ucapku sembari menyentuh Memeknya.

Lalu aku jongkok di hadapan Denisa, lalau mengambil segayung air oleh tangan kananku dan tangan kiri-ku menyentuh kewanitaannya,

“ Kayak gini nih caranya, enak kan ?”, ucapku sembari membasuhkan air dan menarik tangan kiriku dari vaginanya menuju ke Anusnya. Saat itu melakukan sampai 5 kali basuhan. Setelah itu dia berdiri dan segera mengeringkan Memeknya dengan handuk lau berganti baju. Mungkin ketika aku cebokin kewanitaanya, Denisa merasakan sesuatu ( geli-geli nikmat).

Aku berfirasat seperti itu, karena ketika aku memegang vagina-nya dia terdiam dan hanya saat aku membasuh memeknya dia sedikit gelingsutan. Lalu Denisa keluar dari kamar dengan keadaan sudah berganti baju dan mengenakan rok pendek serta baju sederhana. Lalu dia pun menghampiriku.

“ Ko, kalau yang barusan nggak apa apa kan? Nggak ada penyakitnya kan? ”, tanya polos.

“ Kayaknya sih aman Nis. Lebih amanya lagi kalau aku periksa lagi deh Nis, gimana ??? ”, ucapku dengan akal baru, hhe.

“ Udah ah, nggak usah ”, ucapnya.

Ketika itu suasana begitu membosankan, lalu Denisa tiba-tiba berkata

“ Ko, aku bosen nih, masak mainnya kayak gini terus, main yang lain yuk! ”, ajaknya.

“ Emangnya mau main apaan Nis ? ”, tanyaku.

“ Kita main dokter-dokteran aja yuk ah !!! ”,ucapnya.

Sampai pada akhirnya akupun menyetujuinya. Ketika itu ada sejenis lampu belajar, namun mempunyai efek apalah namanya, kayak bio energy Lantern (bukan iklan, hanya memperjelas). Saya berpura pura menjadi dokternya dan dia menjadi pasiennya. Ketika itu aku memakai alat itu yang sejenis Bio Energy Lantern. Kusuruh dia berbaring, lalu aku sinari dia dari atas hingga bawah.

“ Tidak ada masalah ucapku ”, ucapku layaknya seonag dokter.

Kemudian aku meminta Denisa berbalik dengan posisi tengkurap, lalu aku mulai menyinarinya lagi ( kayak dokter lagi nyecan gitu). Sejenak aku hentikan dibagian pantatnya,

“ Wah.. ada masalah nih ”, ucapku.

“Ada masalah apa nih Dok? ”, tanya Denisa.

“ Kayaknya penyakit yang ini akibat cara cebok yang tidak benar Mbak”, jawabku.

“ Masak Dok, coba deh Dokter periksa dulu, dan tolong sembuhkan penyakit saya ya dok Dok !!! ”, jawab seolah-olah dia seperti sakit serius.

Lalu aku meminta dia berbaring lagi dan aku memakaikan selimut hingga lehernya,

“ Gini ya Mbak, Kita harus operasi biar penyakit Mbak hilang ”, ucapku

Saat itu dia tidak menjawab, hanya gerakan kepalanya yang mengangguk tanda setujunya Denisa untuk di operasi. Lalu aku mulai mempermainkan peranku. Kubuka lebar selangkangannya dan kuangkat sedikit lututnya. Lalu aku mulai memainkan jariku di mulut vaginanya, aku menyentuh bagian seperti biji kecil di bagian atas vaginanya (mungkin ini Klitorisnya).

Lalu aku mempermainkan biji itu untuk sesaat, aku tekan, usap, pencet, di puter, tampaknya ia kegelian karena hal itu, sehingga selimut yang menutupinya terbuka dan jatuh disisi tempat tidur, sehingga dia dapat melihat aku yang sedang bekerja ini, namun ia tidak melarangnya, bahkan sepertinya ia ingin lagi, karena ia menggerak-gerakkan pinggulnya, sehingga jariku yang asalnya berada di klitorisnya terpeleset dan jatuh ke dalam lubangnya.

Namun hal itu berhasil kucegah, sehingga jariku tidak masuk ke dalam lubang vaginanya, lalu,

“ Gimana dengan keadan saya sekarang Dok? ”, tanyanya.

“ Gini Mbak, ini penyaki nampaknya berasal dari dalam”, ucapku.

“ Oh begitu ya Dok, ya sudah tolong lanjutkan Dok !!! ”, ucapnya.

Tanpa ragu aku memulai kembali tugasku, aku memainkan bibir vaginanya yang masih muda, masih segar, masih perawan, dan sudah terbawa nafsu, karena kulihat bibirnya merekah dan terlihat seperti basah-basah. Lalu aku masukin jari telunjukku itu ke dalam lubangnya secara perlahan-lahan, soalnya waktu itu aku masih takut kalau terjadi apa-apa padanya, bisa bisa saya di hajar sama Bibi saya.

Ketika aku memasukan jariku, kulihat dia menikmati penetrasi jariku, namun mungkin karena kurang basah, aku tanpa sengaja menyentuh selaput daranya, dengan seketika ia menutup selangkangannya.

“ Aow… aduh Dok, sakit Dok… tolong jarinya jangan terlalu dalam masuk-nya ”, ucapnya.

Seketika itu aku-pun meminta maaf pada Denisa. Kemudian aku meneruskan gerakan mengeluar masukan jariku pada vagina Denisa namun belum sepenunya masuk, hanya ujung jari saja. Ketika itu nampak Denisa mjulai menggelinjang kecil seperti merasa keenakan. Setelah itu dia tergeletak lemas dengan keadaan masih merasakan kenikmatan yang kuberikan ini, Mungkin saat itu dia sudah orgasme.

Ketika hendak kucabut jariku itu, dengan cepat tangannya menarik kembali tanganku menuju vaginanya, tampaknya ia ketagihan dan masih bertenaga. Lalu kumulai kembali tugasku, dengan awalan yang baik, dan lebih dalam dari pada sebelumnya, tetapi tidak hingga mengenai selaput daranya, karena aku ingin dia tetap perawan.
Setelah kurang lebih 6 menit, tampaknya dia telah orgasme lagi.

Saat kucabut jariku, terlihat basah dan ada semacam bau yang masih kurang jelas baunya (mungkin ketika itu dia masih kecil). Terdengar suara klakson mobil, dengan segera aku melap jariku dan membangunkannya dengan cara menusuk vaginanya hingga mengenai selaput daranya, namun tidak hingga robek.

“ Aduh Riko, tadi sakit banget tahu, kamu ini jail banget yah… huh… ”, ucapnya.

“ Itu ortu kamu sudah pulang! Jangan tidur terus! Ntar disangka kita habis ngapa-ngapain lagi !!! ”, perintahku.

Untung saja dia menurut dan dia mulai berjalan dengan agak lemas, mungkin karena lemas karena orgasme. Kami berduapun menyambut kedatangan ortunya Denisa. Sesudah itu, Denisa tidak pernah berceDenisa kepada siapapun, bahkan kepada kedua orang tuanya. Sesudah kejadian itu-pun, kami masih sering melakukan hal serupa, karena aku tidak berani memasukan Titit (Penis)-ku ke vaginanya.

Jika permainan itu ingin di mulai, biasanya dia yang meminta, atau pun kadang saya yang memintanya, dan dia biasanya hanya menikmati apa yang dirasakannya. Bahkan waktu itu aku puas memainkan vagina cewek, soalnya dia hanya terbaring terdiam dan membiarkan aku bekerja sepuasnya. Bahkan aku pernah memasukkan benda yang kecil, dan kuambil kembali keluar.

Kami juga pernah di rumah kosong yang akan dijual, karena tidak ada siapapun disana, dia mengajakku kesana dan akupun mengikutinya dan memulai acara kami berdua. Seperti biasa aku hanya memainkan jari-jariku di vaginanya, dan mencegah nafsuku membobol vaginanya, karena dia masih perawan. Ketika itu aku masih belum mengetahui tentang menjilat kemaluan cewek, makanya tidak kulakukan hal itu.

Dia cukup puas dengan pelayananku selama ini, walaupun aku masih mencari pengalaman. Pernah aku melakukannya di sofa miliknya. Saat itu Denisa berbaring disudut sofa dan aku sudah mengetahui tentang menjilati vagina, dan setelah kupikir-pikir, sebaiknya melakukan hal itu di kamar mandi agar tidak becek ke mana-mana dan mudah membersihkan diri.

Kuajak dia ke kamar mandi, lalu kusuruh dia untuk duduk di kloset. Lalu aku membuka celana dan bajunya sehingga dia berada dalam keadaan telanjang bulat. Ketika melihat hal itu untuk pertama kalinya, Titit (Penis)-ku berereksi dan menonjol di celana pendekku, dan Dia hanya bertanya,

“ Kita habis ini ngapain lagi Riko? ”, tanyanya.

“ Tenang aja, biar saya kerja! ”, ucapku.

Kemudian aku-pun mulai berlutut di depannya, tepatnya wajahku berada persis di depan memek-nya. kemudian aku mulai menjilati Vagina-nya tanpa merasa jijik sedikitpun. Saat itu Denisa-pun tampaknya menikmati hal tersebut. Mulailah aku menjilati dengan konstan, sehingga bibir kewanitaan-nya sketika itu merekah merah. Saat itu aku dapat melihat klitorisnya yang mulia membesar.

Walaupun tidak begitu besar, saat itu aku menjilat dan memainkan klitoris Denisa dengan lahap-nya. sesekali aku menggigit kecil klitorisnya, lalu aku mengulum-nya dan menyodok lubangnya dengan lidahku. Sehingga saat itu Denisa menggelinjang nikmat dan sampai padaakhirnya dia Orgasme beberapa kali. Saat itu juga tubuhnya langsung loyo dan melemas.

Walaupun aku tidak ML dengan Denisa, Diusiaku yang baru menginjak 12 tahun aku dan Denisa sungguh melewati batas akal sehat seorang anak-anak. Hal itu sering kulakukan bersama Denisa, dan pebuatan kami-pun tida diketahui oleh Bibiku atau Ibu Denisa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

CERITA DEWASA